Tantangan
pertama dalam proses berpacaran adalah berhentilah mencari belahan jiwamu,
tetapi fokuslah mempersiapkan dirimu agar kamu dapat mengenali belahan jiwamu
ketika dia datang. Kebanyakan orang menemukan belahan jiwa mereka atau
ditemukan oleh belahan jiwa mereka ketika mereka sedang tidak mencari belahan jiwa. Ketika kamu siap, belahan jiwamu akan datang.
Bagian
terbesar ketika menyiapkan diri kita adalah kita harus tahu siapa diri kita.
Sebagai remaja, kita masih sedang mencari tahu apa artinya menjadi seseorang
yang maskulin atau feminism. Berpacaran dengan lawan jenis sangat menakjubkan
karena kita tidak hanya jadi tahu siapa pasangan kita, tetapi kita juga jadi
tahu siapa diri kita.
Ketika
kita lebih muda kita berpacaran bukan untuk mencari seorang belahan jiwa tetapi
untuk belajar untuk tahu siapa diri kita dan mengeksplorasi rasa daya tarik
dengan pasangan. Perasaan ketertarikan ini umumnya pada pujaan hati. Kita mungkin
berpikir kita mencintai seseorang, tetapi kita benar-benar tergila-gila. Kita sangat
senang karena bersama dengan seseorang, Lalu kita sebenarnya jadi lebih
mengenal seseorang tersebut yang membuat kita tidak terlalu senang. Tentu saja
kita mengalami beberapa ketertarikan yang tulus dengan seseorang, kasih sayang,
dan minat terhadap seseorang, tetapi seseorang tersebut belum matang untuk
menjadi belahan jiwa yang sesungguhnya.
Menjalani
proses ini bagaimanapun juga adalah sebuah bagian penting dalam mempersiapkan
diri kita untuk menemukan seseorang yang tepat. Terkadang, setelah hubungan
berpacaran berakhir (putus) atau kita merasa ditolak, bahkan jika kita berada
pada usia yang tidak remaja lagi, kita butuh pacaran lagi untuk sementara hanya
agar kita dapat merasa lebih baik sebagai seorang perempuan atau laki-laki. Sekali
kita merasa aman bahwa kita menarik bagi lawan jenis, maka kita siap untuk lebih
serius mempertimbangkan hubungan yang eksklusif.
No comments:
Post a Comment